Ekonomi Inggris Menyusut 9,9%, Terburuk dalam 300 Tahun Terakhir
search

Ekonomi Inggris Menyusut 9,9%, Terburuk dalam 300 Tahun Terakhir

Zona Barat
Perdana Menteri Inggris Boris Johnson. AFP/Getty Images.

Politeia.id -- Pertumbuhan ekonomi Inggris mengalami penyusutan terburuk dalam 300 tahun terakhir setelah mengalami kontraksi sebesar 9,9 persen tahun lalu.

Pandemi virus corona yang melanda negera ekonomi terbesar Eropa itu telah menciptakan penyusutan di sektor produksi sepanjang 2020 meski masih terhindar dari ancaman resesi.

Kontraksi tahunan 9,9 persen tersebut lebih dari dua kali lipat dari yang terjadi pada 2009 setelah krisis keuangan global, dan sedikit lebih buruk dari penurunan 9,7 persen selama krisis tahun 1921.

Namun menurut catatan Bank of England, penurunan ini merupakan yang terbesar sejak 1709, ketika Inggris mengalami "Great Frost."

Great Frost adalah musim dingin yang luar biasa dinginnya yang menyebabkan sungai dan kanal membeku selama setahun (1708-1709) di Inggris.

Bencana ini juga menghampiri sebagian besar Eropa utara dan tengah, serta merenggut banyak nyawa dan membuat perekonomian terhenti.

Bencana ini menjadi musim dingin terbesar dalam 500 tahun terakhir.

Melansir laporan Reuters, produk domestik bruto (PDB) Inggris hanya tumbuh 1,0 persen sepanjang Oktober hingga Desember 2020.

Penurunan PDB lebih tajam daripada hampir semua ekonomi besar Eropa lainnya, meskipun Spanyol mengalami penurunan 11 persen.

PDB bulanan pada Desember meningkat sebesar 1,2 persen dari bulan sebelumnya tetapi tetap lebih rendah 6,3 persen di bawah level Februari 2020 sebelum adanya pandemi.

PDB kuartal keempat tetap 6,6 persen di bawah pertumbuhan tahun sebelumnya.

Sektor jasa tumbuh 1,7 persen pada Desember setelah mengalami kontraksi 3,1 persen pada November.

Sementara manufaktur mencatatkan pertumbuhan 8 bulan berturut-turut, meski kenaikan terkecil sejak Mei 2020.

"Pembatasan yang lebih ketat yang diberlakukan menjelang akhir tahun lalu, yang kemungkinan besar akan tetap berlaku untuk sebagian besar kuartal saat ini, menunjukkan bahwa ekonomi dapat menyusut lagi," kata Dean Turner, ekonom di UBS Global Wealth Management, melansir CNBC.

Meski ada optimisme pemulihan tahun ini, tetapi penerapan lockdwon untuk ketiga kalinya di negara itu akan membuat ekonomi kembali menyusut.

Inggris telah melaporkan jumlah kematian tertinggi di Eropa akibat Covid-19, yaitu sebanyak 115 ribu orang dan termasuk yang tertinggi di dunia dalam hal kematian per orang dari total 4 juta kasus aktif.

Bank of England memperkirakan ekonomi akan menyusut sebesar 4 persen dalam tiga bulan pertama tahun 2021 karena penguncian baru dan gangguan Brexit.

Diperkirakan akan memakan waktu hingga awal 2022 sebelum PDB mendapatkan kembali pertumbuhan positif seperti sebelum Covid-19.

Hal itu bisa terjadi dengan asumsi vaksinasi berjalan lebih cepat, yang melampaui negara Eropa lainnya.

Perdana Menteri Boris Johnson mengklaim pemerintahannya telah memberikan vaksin kepada 13 juta orang, dengan rasio 1:4. Di mana 1 dari 4 orang dewasa telah disuntik vaksin.

Banyak ekonom berpendapat pemulihan akan memakan waktu lebih lama.

"Angka hari ini menunjukkan bahwa perekonomian telah mengalami guncangan serius akibat pandemi, yang dirasakan oleh negara-negara di seluruh dunia," kata Menteri Keuangan Rishi Sunak, mengutip Reuter.

Sunak, yang menghadapi pinjaman terberat sejak Perang Dunia II, mengatakan akan terus fokus pada perlindungan pekerjaan.

Hal itu tampak dari angka pengangguran yang meningkat jauh lebih sedikit daripada yang dikhawatirkan pada awal krisis.

Adanya subsidi pemerintah membuat orang tetap bekerja, meskipun sektor-sektor seperti perhotelan dan ritel jalanan tetap terpukul.*

Tag:

comments