Tren Munculnya Penyanyi NTT di Industri Musik Nasional
search

Tren Munculnya Penyanyi NTT di Industri Musik Nasional

Zona Barat
Chelsea Ndagung, salah satu peserta Pop Academy 2020, asal Manggarai, NTT (Foto: Istimewa)

Politeia.id-- Industri musik nasional akhir-akhir ini semakin diperkaya oleh hadirnya penyanti-penyanyi asal Nusa Tenggara Timur (NTT). Kehadiran mereka memberi warna khas Timur pada karakter musik Tanah Air.

Sebut saja ada Andmesh Kamaleng, Mario Klau dan Marion Jola. Penyanyi pop ini merupakan jebolan ajang pencarian bakat di stasiun-stasiun televisi swasta Indonesia. Ada juga Ivan Nestorman, penyanyi etnik asal Manggarai yang namanya sudah terkenal hingga ke luar negeri.

Nah, yang tak kalah terkenal ialah si Onyo Betrand Peto, penyanyi viral yang bakatnya pertama kali ditemukan di media sosial. Tak ada yang menyangka nama Betrand Peto melambung tinggi sampai saat ini.

Tak berhenti di Betrand, baru-baru ini muncul lagi Keysilia Dwisulandi Ndagung alias Chelsea yang tampil memukai dalam acara Pop Academy 2020. Pop Academy merupakan ajang pencarian bakat yang ditayang stasiun televisi Indosiar.

Saat ini, Chelsea sudah masuk ke babak Top 40 grup 8 dengan tiga teman lainnya. Bulan lalu, gadis asal Manggarai, Flores, ini membawakan lagu Andmesh Kamaleng yang berjudul "Hanya Rindu".

Kemunculan musisi-musisi atau penyanyi lainnya tentu didukung oleh platform digital saat ini seperti YouTube, Spotify, Joox dan sebagainya. Meski berkarya secara independen (indie) atau tidak melalui label-label musik ternama, lagu-lagu mereka cukup dikenal luas.

Salah satu yang paling fenomenal adalah lagu “Karna Su Sayang”. Lagu karya Near yang dibawakan penyanyi muda Dian Sorowea ini mampu menyita perhatian pencinta musik Tanah Air. Nama Dian Sorowea bahkan sempat masuk di trending Youtube beberapa tahun yang lalu.

Terkait musisi indie, sosok Gabriela Fernandez kini mulai menyita perhatian. Gabriela kerap membagikan karyanya melalui kanal berbagi video Youtube, @gabrielafernanez.

Lagu yang dinyanyikan dara manis asal Flores Timur ini cukup unik. Gebby, sapaan akrabnya berkisah tentang kehidupan personal dari setiap orang yang jauh dari tema percintaan.

Tak hanya itu, lagu Gebby unik dan khas karena memadukan musik dan seni visual yang easy listening. Coba saja dibuka, kamu akan terlarut dalam setiap alunan musik yang dibawakannya.

Selain bermusik di jalur indie, Gebby sebenarnya merupakan jawara ajang Go Ahead Challenge tahun 2018 dalam kategori musik dan visual art.

Berbincang ringan di kanal Youtube @andryceko, Gebby mengaku lagu-lagunya banyak terinspirasi dari kejadian-kejadian masa kecil ataupun pengalaman sehari-hari.

Menurut gadis yang kini tinggal di Yogkarta ini, banyak hal sebenarnya yang bisa dijadikan karya seni. Itu terlihat dari beberapa lagu Gebby seperti insomnia, sepeda tua, rumah raga tawa, dan aku kamu dan dua cangkir kopi.

"Banyak hal dalam diri yang bisa digali untuk dijadikan sebagai karya," kata sarjana ilmu psikologi ini.

Terkait perkembangan musiknya, Gebby mengaku bersyukur tinggal di Yogyakarta, daerah sangat mendukung perkembangan musik dan karya seni. Dia mengaku mengasah kemampuan musiknya melalui komunitas-komunitas lokal di Kota Gudeg ini.

Berdarah Flores Timur, Gebby tentu saja tak lupa adat dan budaya NTT. Dalam karyanya, Gebby juga concern mengangkat budaya dari NTT.

Setelah sempat melakukan projek “Trip Menuju ke Timur” tahun lalu di beberapa kota seperti Kupang, Sumba, Bajawa, Ruteng, Labuan Bajo, Lombok, Malang dan Surabaya, saat ini Gebby tengah menyiapkan project baru yang bernama “Semesta Leah”.

"Semesta Leah" merupakan, project lanjutan dari Trip Menuju ke Timur berupa film pendek yang digarap Gebby bersama teman-temannya. Dalam project ini, ia memadukan teater, tarian NTT dan videografi di Lembata.

Di luar itu, Gebby juga sedang merampungkan album solonya. Ia juga tengah merintis project "Akarupa", brand rumah produksi lintas bidang yang dirintis bersama teman-temanya.

 

 

Tag:

comments