Proyek Menara Lonceng St Paulus II Sikka, Bupati Robi Idong Diduga Berbohong dan Bertindak `One Man Show`
search

Proyek Menara Lonceng St Paulus II Sikka, Bupati Robi Idong Diduga Berbohong dan Bertindak `One Man Show`

Zona Barat
Koordinator Pergerakan Advokat Nusantara (Perekat Nusantara) Petrus Selestinus. Foto: Antara

Politeia.id-Bupati Sikka, Nusa Tenggara Timur (NTT) dinilai melakukan pembohongan publik terkait proyek pembangunan Menara Lonceng Santo Yohanes Paulus II yang berlokasi di gerbang Gelanggang Olahraga (Gelora) Paulus Samador Maumere, Sikka. 

Hal ini disampaikan Koordinator TPDI Petrus Selestinus merespon pernyataan Bupati Idong yang menyebut jika pembangunan menara senilai Rp12 miliar itu dilakukan atas permintaan masyarakat.

Padahal, kata Petrus, sebelumnya Kadis Kominfo Sikka, Very Awales mengatakan jika proyek tersebut merupakan program Pemerintah Daerah Sikka, guna memenuhi harapan seluruh umat di Kabupaten Sikka.

"Inilah niat jahat, dusta dan kebohongan Robi Idong, secara berlanjut yang diungkap Very Awales," kata Pertrus dalam keterangannya, Rabu (15/2).

Petrus setidaknya mencatat sejumlah hal yang bertolak belakang dari pernyataan Robi Idong yang mengindikasikan adanya kebohongan Bupati Sikka itu dalam proyek tersebut. 

Pertama, Robi Idong menyatakan Menara Lonceng St Paulus II adalah proyek masyarakat dan Keuskupan Maumere. Namun, kata Petrus, masyarakat atau Uskup Maumere tidak pernah dilibatkan dalam perencanaan, penganggaran, kepanitian, arsitektur, kontraktor dan lain sebagainya.

Kedua, Robi Idong menyatakan yang akan membangun Menara Lonceng adalah keluarga besar Tionghoa Maumere. Faktanya, ketika meletakan batu pertama pada Selasa (15/2/2022), Robi Idong bertindak `one man show`.

"Dia bupati, dia pekerja proyek, dia pantia pelaksana, dia peminta sumbangan dan lain-lain," jelas Petrus.

Ketiga, anggaran pembangunan Menara Lonceng tidak masuk dalam APBD, tetapi Robi Idong menjanjikan akan dibiayai oleh APBD.

Keempat, Robi Idong menyatakan akan mengadakan rapat panitia pelaksanaan pembangunan Menara Lonceng. Padahal, jelas Petrus, berdasarkan keterangan Very Awales, panitia menurut belum dibentuk (sedang disiapkan SK Pembentukannya).

"Beberapa kebohongan dan tipu muslihat Robi Idong secara berlanjut, membuktikan bahwa pembangunan Menara Lonceng Santo Yohanes Paulus II di Sikka tidak direncanakan secara matang dan secara bersama-sama dengan pihak Keuskupan Maumere bahkan telah dimanipulasi dan dilandasi itikad Buruk Robi Idong," tegasnya.

Pertrus melanjutkan, tidak adanya kejelasan sumber dana dan penganggarannya, serta tidak ada kejelasan apakah proyek ini milik Pemda Sikka atau proyek milik masyarakat Keuskupan Maumere, malah muncul penjelasan berbeda antara Very Awales dengan Robi Idong. 

Hal ini menurut Pertrus membuat publik Sikka bertanya-tanya siapa yang berbohong di antara keduanya.

One Man Show 

Di sisi lain, Petrus mempertanyakan langkah Bupati Idong dalam mencari sumbangan. Padahal, belum jelas proyek tersebut apakah milik Pemda Sikka atau masyarakat Keuskupan Maumere. 

Selain itu, kata dia, di saat belum jelasnya apakah proyek dibangun dengan mekanisme sistim kerja sama pihak ketiga atau oleh Pemda sendiri, namun Robi Idong sudah meletakan batu pertama tanda dimulainya pekerjaan Menara Lonceng. 

"Ini memperlihatkan betapa proyek Menara Lonceng adalah proyek one man show Robi Idong. Padahal modal kerja proyek berasal dari sumbangan masyarakat," ungkap dia. 

"Robi Idong-pun mencoba memancing daya tawar masyarakat dengan mendeclare bahwa keluarganya menyumbang Rp100 juta, itupun belum jelas kapan disetor dan disetor ke siapa dan asal uang dari mana," imbuhnya.

Oleh sebab itu, kata Petrus, Robi Idong dan Uskup Maumere harus duduk sama sama untuk memastikan terlebih dahulu secara transparan dan akuntabel, siapa sebenarnya sebagai pemegang otoritas membangun proyek Menara Lonceng. Kemudian, siapa nanti yang mengotorisasi semua hal dan di mana posisi Pemda Sikka dan Uskup Maumere ditempatkan. 

Jika Menara Lonceng merupakan proyek masyarakat atau Keuskupan Maumere, maka proyek sepenuhnya dibangun di bawah otoritas Keuskupan Maumere. Sebaliknya, jika dibangun melalui mekanisme kerja sama Pemda Sikka dengan pihak ketiga (Keuskupan Maumere), maka eloknya Pemda Sikka dan Keuskupan Maumere harus duduk sama-sama untuk merumuskan syarat-syarat kerja samanya. 

"Tidak adanya kejelasan tentang siapa penanggung jawab pembangunan proyek Menara Lonceng, siapa yang berhak membentuk panitianya, dan dari mana sumber dananya, siapa kontraktor atau pemborong yang mengerjakannya, ini by design agar Robi Idong bisa curi start dan memanipulasi semua kondisi yang ada," tandasnya.

 

 

 

Tag:

comments