Kasus Penembakan Pendeta, Pigai: Pak Mahfud MD Maunya Apa?
search

Kasus Penembakan Pendeta, Pigai: Pak Mahfud MD Maunya Apa?

Zona Barat
Aktivis HAM asal Papua Natalius Pigai. Foto: Politeia.id/Ist

Politeia.id--Mantan komisioner Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM) Natalius Pigai meragukan Tim Gabungan Pencari Fakta (TGPF) bakal mengungkap kasus penembakan pendeta Yeremia Zanambani di Distrik Hitadipa, Intan Jaya, Papua.

Hal ini diutarakan Natalius mengomentari pernyataan Menkopolhukam Mahfud MD yang menyebut sulit menemukan jejak pelaku penembakan pendeta Yeremia Zanambani.

"Udah ada kesimpulan untuk apa bentuk Tim TGPF. Ini pernyataan menyakitkan dari Menteri," kata Natalius melalui akun Twitternya, @NataliusPigai2, sebagaimana dikutip Politeia.id, Jumat (2/10) malam.

Natalius mengatakan, menemukan pelaku penembak pendeta Yeremia Zanambani tak sesulit sebagaimana diungkap Mahfud. "Gampang temukan karena tim yang tembak pendeta bisa ditelusuri dari senjata, peluru dan saksi mata sesama anggota TNI. Pak Mahfud MD maunya apa?," ujarnya.

Sebelumnya, Mahfud MD menyebut sulit menemukan jejak pelaku penembakan pendeta Yeremia Zanambani. Mahfud beralasan, hingga kini pihaknya belum menerima laporan resmi dari kepolisian terkait pemeriksaan awal insiden penembakan itu.

Hal ini disampaikan Mahfud saat ditanya terkait hasil pemeriksaan proyektil peluru, hingga sidik jari pelaku penembakan terhadap Pendeta Yeremia.

"Nah, itu semua soal proyektil dan sebagainya nanti masih akan didalami," kata Mahfud saat menggelar konferensi pers secara daring, Jumat (2/10).

"Laporan Polri tentang penyidikan belum resmi masuk kepada kita karena itu urusan proses hukum yang harus berjalan. Seperti saya katakan tadi, ya informasinya sih sudah dengar ya bahwa masih sulit menemukan jejak pelaku-pelaku tertentu," tambahnya.

Kesulitan ini, lanjut Mahfud, juga diperkuat dengan tak ada akses yang diterima oleh aparat kepolisian maupun pemerintah selama melakukan investigasi terkait tewasnya pendeta Yeremia. Mereka tak diizinkan masuk dan melihat atau bahkan memeriksa jenazah Yeremia.

"Kemudian sulit misalnya aparat untuk melihat jenazah Yeremia itu sampai kemarin belum bisa karena tidak boleh melihat dan langsung dikuburkan," jelasnya.

Mahfud mengatakan insiden tewasnya pendeta Yeremia juga menciptakan perang urat syaraf antara TNI Polri dengan Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) sebab keduanya sama-sama saling tuding atas insiden tersebut.

"Nah, memang ini semacam terjadi perang urat syaraf. Kelompok kekerasan kriminil bersenjata itu menuding TNI yang melakukan. Tapi TNI sendiri justru mengatakan kelompok kekerasan kriminal bersenjata yang melakukan itu dalam istilah umum gerakan kelompok separatis," kata dia.

Dalam kesempatan itu, Mahfud mengatakan muncul dugaan KKB yang membunuh Yeremia dengan sengaja apalagi pendeta tersebut merupakan seorang warga Papua yang memang pro terhadap NKRI.

"Sehingga ada dugaan juga, ini dugaan saja nanti masih diselidiki jangan-jangan dia dibunuh oleh kelompok separatis itu, lalu dituduhkan," katanya.

"Ada dua kepentingan di situ, pembunuhan terhadap Yeremia. Pertama karena dia mendukung NKRI. Yang kedua ada alasan untuk menuduh, gitu," lanjutnya.

 

 

Tag:

comments