9 Kejanggalan Buku Kamus Sejarah Terbitan Kemendikbud
Politeia.id -- Buku Kamus Sejarah yang diterbitkan Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan mengandung sekiranya sembilan kejanggalan yang menyebabkan kontroversi di masyarakat.
Diterbitkan tahun 2017, buku yang diklaim menjadi panduan pembelajaran sejarah di bangku pendidikan itu memiliki dua jilid.
Masing-masing jilid memuat informasi kesejarahan yang meliputi nama tokoh, peristiwa dan istilah yang disusun secara alfabetis.
Jilid I memuat daftar informasi kesejarahan pada kurun waktu 1900-1950, yiaut masa pembentukan negara (nation formation).
Jilid II memuat daftar informasi kesejarahan pada kurun waktu 1951-1998, yakni masa pembangunan negara (nation building).
Selain menimbulkan kejanggalan karena tidak memuat nama pendiri NU Hadratussyekh KH Hasyim Asy`ari, buku dalam bentuk salinan lunak (soft copy) tersebut memperlihatkan sejumlah kekeliruan mendasar.
Berikut 9 kejanggalan Buku Kamus Sejarah terbitan Kemendikbud.
1. Memiliki ISBN
Pemerintah melalui Dirjen Kebudayaan Kemendikbud Hilmar Farid mengklarifikasi bahwa buku yang beredar di masyarakat tersebut merupakan salinan yang belum sempurna dan tidak resmi.
Artinya, Kemendikbud belum secara resmi menerbitkan buku tersebut.
Namun, ternyata buku tersebut sudah memiliki nomor ISBN.
Dari penelusuran di Perpustakaan Nasional oleh NU Online, ditemukan bahwa buku tersebut memiliki ISBN 978-602-1289-76-1 untuk jilid I dan 978-602-1289-77-8 untuk jilid II.
Disebutkan buku tersebut terbit tahun 2017 oleh Direktorat Pembinaan Tenaga dan Lembaga Kebudayaan, Ditjen Kebudayaan.
2. Ada Tanda Tangan Hilmar Farid
Hilmar Farid mengklaim bahwa buku Kamus Sejarah Indonesia tidak pernah diterbitkan secara resmi.
Tetapi buku kamus tersebut justru terdapat tanda tangan dirinya sebagai Dirjen Kebudayaan.
3. Raib dari Website Kemendikbud
Sebelum muncul polemik, kamus sejarah tersebut masih tayang di situs resmi milik Kemendikbud.
Ketika muncul kontroversi, rupanya Kemendikbud telah men-take down kamus tersebut dari rumahbelajar.id.
4. Hilangkan Nama KH Hasyim Asy`ari
Hal yang pertama kali membuat buku ini kontroversial adalah penghilangan nama pendiri NU KH Hasyim Asy`ari.
Sejumlah tokoh NU protes dan meminta pemerintah segera merevisi kembali kamus tersebut.
KH Hasyim Asy`ari dianggap telah berjasa selama perang kemerdekaan tahun 1945 ketika ia berani menyerukan resolusi jihad kepada seluruh warga NU di Jawa Timur untuk berperang melawan Sekutu.
Puncak dari aksi jihad tersebut adalah perebutan kembali kemerdekaan dalam perang 10 November di Surabaya.
Dalam kamus, nama ulama besar ini tidak disebutkan dalam entri tersendiri, selain disebut dalam keterangan mengenai KH Abdul Wahab Chasbullah.
5. Tidak Ada Iistilah Resolusi Jihad
Dalam penelusuran di kamus tersebut, tidak ditemukan istilah resolusi jihayd yang dilakukan Asy`ari.
Padahal, seruan yang dimaklumatkan KH Hasyim Asy`ari pada 22 Oktober 1945 tersebut sangat monumental karena mencetuskan Perang 10 November 1945 di Surabaya.
Dalam Ensiklopedia NU, Resolusi Jihad diartikan sebagai seruan yang dikeluarkan oleh NU yang ditujukan kepada Pemerintah RI dan umat Islam Indonesia untuk berjuang membela tanah air dari penguasaan kembali pihak Belanda dan pihak asing lainnya beberapa waktu setelah proklamasi kemerdekaan.
6. Tidak Ada Nama Gus Dur
Hal yang juga janggal adalah tidak adanya nama Presiden ke-4, KH Abdurahman Wahid alias Gus Dur.
Nama Gus Dur hanya disebut berulang kali saat menerangkan ayahanda, KH Abdul Wahid Hasyim dan Anak Agung Gde Agung.
Termasuk nama Susilo Bambang Yudhoyono yang pernah menjabat menteri di era Gus Dur menjadi Presiden keempat RI.
7. Ada Nama Amien Rais dan Abu Bakar Ba`asyir
Dalam penelurusan, nama politisi Amien Rais dan Abu Bakar Ba`asyir disebut dalam kamus tersebut.
Ba`asyir adalah narapidana terorisme yang menolak setia pada NKRI dan Pancasila. Sementara Amien Rais adalah mantan Ketua MPR dan pendiri PAN.
Sosok Abu Bakar Ba`asyir termuat di halaman 11, sedangkan nama Amin Rais dimuat di halaman 26.
8. Ada Tokoh Komunis
Di samping penghilangan nama-tokoh-tokoh penting Islam, kamus Kemendikbud justru memasukkan nama tokoh-tokoh komunis.
Beberapa bisa disebutkan, antara lain Henk Sneevliet, warga Belanda tokoh utama penyebar Marxisme-Leninisme atau Komunisme di Asia.
Ia juga disebut sebagai mahaguru kaum komunis Indonesia. Namanya masuk entri kamus di halaman 87.
Selain Sneevliet, ada pula profil Darsono atau Raden Darsono Notosudirdjo yang ditemukan pada halaman 51.
Darsono adalah tokoh Sarekat Islam (SI) yang pernah menjabat sebagai Ketua PKI pada 1920-1925.
Ada pula profil Semaoen ditemukan di halaman 262. Ia menjabat Ketua PKI yang semula bernama ISDV. Ia juga dikenal sebagai aktivis komunis dan pimpinan pemberontakan PKI terhadap penjajah Belanda 1926.
Terakhir, ada profil Dipa Nusantara Aidit atau DN Aidit yang juga pernah menjabat sebagai Ketua PKI di periode terakhir sebelum kejatuhannya di tahun 1965.
9. Ada Entri Tokoh Asing
Hal yang tidak kalah kontroversial adalah dimasukkannya nama tokoh asing ke dalam kamus tersebut.
Salah satunya adalah nama Gubernur Belanda HJ Van Mook.
Van Mook lahir di Semarang 30 Mei 1894 dan meninggal di L`llla de Sorga, Perancis 10 Mei 1965.
Tentara dan intelijen Jepang Harada Kumaichi juga dimasukkan dalam kamus kontroversial tersebut.
Sejumlah tokoh Islam, DPR, organisasi Islam dan elemen masyarakat telah meminta pemerintah menarik kembali edaran buku tersebut.
Ada kekhawatiran menimbulkan polemik yang lebih panjang mengenai sejarah bangsa jika pemerintah tetap memaksa penerbitan dan peredaran buku itu.*
comments