Jokowi Sibuk Sambangi Korban Bencana, Tagar `Tolak Jokowi 3 Periode` Trending
search

Jokowi Sibuk Sambangi Korban Bencana, Tagar `Tolak Jokowi 3 Periode` Trending

Zona Barat
Presiden Joko Widodo. Foto: Politeia/Biro Pers Setkab.

Politeia.id -- Wacana penolakan masa jabatan presiden tiga kali menjadi trending topik pada Senin (12/4) di tengah kesibukan Presiden Joko Widodo mengunjungi korban bencana di beberapa wilayah di tanah air.

Tagar "TolakJokowi3Periode" dibicarakan lebih dari 10 ribu warganet pada Senin pagi.

Belum diketahui latar mengemukanya isu tersebut. Dari beberapa perbincangan yang tersebar di Twitter, rupanya persoalan utang dan kekecewaan masyarakat yang membuat isu tersebut trending.

Namun, seorang warganet mempertanyakan sikap etis pembuat tagar tersebut karena dianggap tidak menghargai kepemimpinan Jokowi di mana selama beberapa hari terakhir terjun langsung ke lokasi bencana untuk meninjau warga terdampak.

"Heran banget gue sama trending ini. Yang nyebar siapa, yang buat trending siapa. Hadeh. Pak Jokowi masih sibuk keliling Indonesia mengamati pembangunan proyek-proyeknya biar gak mangkrak woi!!!" tulis akun evanJ.

Akhir pekan lalu, Jokowi mengunjungi warga terdampak bencana di Kabupaten Lembata dan Flores Timur, Nusa Tenggara Timur (NTT).

Flores Timur, tepatnya di Pulau Adonara, dan Lembata, serta beberapa daerah lain di NTT menjadi korban bencana siklon tropis Seroja yang terjadi pada Minggu (4/4) lalu.

Sekitar 174 warga meninggal akibat badai topan terbesar yang terjadi pertama di Indonesia itu.

Ketika berkunjung ke Adonara pada Jumat lalu, seorang pemuda dari Desa Sandosi, Kecamatan Witihama, memang meneriaki agar Jokowi menjadi presiden selama tiga periode.

Pemuda bernama Jackson Boleng itu akhirnya dihadiahi jaket berwarna coklat muda milik Jokowi.

Melihat pemberiaan ikhlas itu, warga spontan berteriak histeris meminta Jokowi untuk melanjutkan kepemimpinan hingga tiga periode.

Sebelumnya, Jokowi sudah menegaskan bahwa ia tidak mungkin melanggar konstitusi dengan menjabat presiden hingga 3 periode.

"Sikap saya terhadap konstitusi yang membatasi masa jabatan presiden hanya dua periode tidak berubah sampai detik ini. Saya sama sekali tidak memiliki niat, juga tidak berminat, untuk menjadi presiden tiga periode," kata Jokowi melalui akun Instagram, 15 Maret lalu.

Jokowi mengingatkan UUD 1945 telah mengatur masa jabatan presiden paling lama dua periode.

Isu perpanjangan masa jabatan presiden di era pemerintahan Jokowi bukan baru pertama kali muncul.

Akhir 2019, wacana ini ramai dibicarakan seiring dengan rencana amandemen terbatas UUD 1945.

Wacana kemudian memanas setelah mantan pendiri Partai Ummat, Amien Rais, menyebut bahwa ada skenario mengubah ketentuan dalam UUD 1945 soal masa jabatan presiden dari dua periode menjadi tiga periode.

Menurut Amien, rencana mengubah ketentuan tersebut akan dilakukan dengan menggelar Sidang Istimewa Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) guna mengubah atau mengamendemen UUD 1945.

"Jadi, mereka akan mengambil langkah pertama meminta sidang istimewa MPR yang mungkin 1-2 pasal yang katanya perlu diperbaiki, yang mana saya juga tidak tahu," kata Amien, 15 Maret lalu.

Menurut Amien, skenario ini muncul karena ada opini publik yang menunjukkan ke arah mana pemerintahan Presiden Jokowi melihat masa depannya.

"Kalau ini betul-betul keinginan mereka, maka saya kira kita sudah segera bisa mengatakan ya Innailaihi Wa Innailaihi Rojiun," ujarnya.

Di tengah penolakan, wacana presiden tiga periode ini memang seksi di tengah kisruh politik yang terjadi sejak Pilpres 2014 lalu.

Direktur Eksekutif Indo Barometer M Qodari sudah beberapa kali berbicara kemungkinan Jokowi menjabat presiden 3 periode.

"Dengan ini saya proklamirkan saya adalah eksponen tiga periode begitu. Ya walaupu ditolak ya enggap apa-apa. Namanya juga ide dan gagasan," kata Qodari dalam tayangan video, Kamis (18/3) lalu.

Qodari mengatakan, sebetulnya bukan soal Jokowi menjadi presiden tiga periode. Tapi, dia membayangkan dan mengantisipasi bahwa pemilu 2024 nantinya Jokowi berpasangan dengan Prabowo Subianto.

Qodari menilai bahwa Jokowi dan Prabowo saat ini adalah dua figur ideal yang menjadi `imajinasi politik` di kalangan masyarakat kita.

"Jadi tepatnya bukan Jokowi tiga periode, tapi Jokowi-Prabowo 2024 itu tagline saya. Saya proklamirkan nih Jokowi-Prabowo 2024 begitu," ujarnya.

Qodari memproklamirkan duet Jokowi-Prabowo pada 2024 karena didasari atas fakta polarisasi yang terjadi di masyarakat.

Menurutnya, polarisasi itu sudah terjadi sejak Pilkada DKI 2012, Pilpres 2014, Pilkada DKI 2017 dan terakhir polarisasi yang terjadi di Pilpres 2019.

"Nah, polarisasi politik tersebut di era sekarang ini akan punya peluang untuk semakin kuat di Pemilu 2024, karena kita ya hidup di dunia digital," tutup Qodari.*

Tag:

comments