BMKG Beberkan Faktor Pemicu Bencana di NTT
search

BMKG Beberkan Faktor Pemicu Bencana di NTT

Zona Barat
Kondisi bencana di Lembata, NTT. Foto: Politeia.id/Facebook.

Politeia.id -- Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) membeberkan faktor kunci yang memicu terjadinya bencana alam di Nusa Tenggara Timur sejak Minggu (4/4).

Melansir laporan BNPB, ada dua bibit siklon tropis yang dapat berdampak pada cuaca ekstrem di NTT.

Salah satunya potensi curah hujan lebat dan angin kencang yang bakal terjadi sepanjang 3-9 April 2021.

Humas BNPB Raditya Jati dalam keterangannya mengatakan, siklon tropis tersebut diberi nama Seroja, untk merujuk pada nama bunga atau buah.

Siklon Seroja akan semakin menguat dalam 24 jam ke depan dengan kekuatan 55 knot (100 km/jam) dan kecepatan 10 knot (19 km/jam) bergerak menjauhi wilayah Indonesia.

Apa Itu Siklon Tropis?

Dilansir dari laman BMKG, siklon tropis merupakan badai dengan kekuatan yang besar. Radius rata-rata siklon tropis mencapai 150 hingga 200 km.

Secara teknis, siklon tropis adalah sistem tekanan rendah non-frontal yang berskala sinoptik yang tumbuh di atas perairan hangat dengan wilayah perawanan konvektif dan kecepatan angin maksimum setidaknya mencapai 34 knot pada lebih dari setengah wilayah yang melingkari pusatnya, serta bertahan setidaknya enam jam.

Siklon tropis terbentuk di atas lautan luas yang umumnya mempunyai suhu permukaan air laut hangat, lebih dari 26,5 derajat Celcius.

Angin kencang yang berputar di dekat pusatnya mempunyai kecepatan angin lebih dari 63 km/jam dan bisa bertahan setidaknya enam jam.

Masa hidup suatu siklon tropis berkisar antara bertahan 1-30 hari, dengan rata-rata 3-8 hari.

Karena energi siklon tropis didapat dari lautan hangat, maka siklon tropis akan melemah atau punah ketika bergerak dan memasuki wilayah perairan yang dingin atau memasuki daratan.

Terkadang di pusat siklon tropis terbentuk suatu wilayah dengan kecepatan angin relatif rendah dan tanpa awan yang disebut dengan mata siklon. Diameter mata siklon bervariasi mulai dari 10 hingga 100 km.

Siklon tropis dikenal dengan berbagai istilah, yaitu "badai tropis" atau "typhoon" atau "topan" jika terbentuk di Samudra Pasifik Barat, "siklon" atau "cyclone" jika terbentuk di sekitar India atau Australia, dan "hurricane" jika terbentuk di Samudra Atlantik.

Daerah pertumbuhan siklon tropis mencakup Atlantik Barat, Pasifik Timur, Pasifik Utara bagian barat, Samudera Hindia bagian utara dan selatan, Australia dan Pasifik Selatan.

Sekitar 2/3 kejadian siklon tropis terjadi di belahan bumi bagian utara.

Kawasan tropis seperti Indonesia jarang terjadi siklon tropis. Angin badai ini lebih sering terjadi di wilayah subtropis di lintang 10 derajat - 20 derajat dari ekuator. Sekitar 65 perse siklon tropis terbentuk di kawasan ini.

Hanya sekitar 13 persen siklon tropis yang tumbuh di atas daerah lintang 20 derajat. Sedangkan di daerah lintang rendah (0 derajat - 10 derajat dari khatulistiwa) seperti di Indonesia, siklon tropis jarang terbentuk.

Beda siklon tropis dan angin lain di Indonesia terdapat beberapa fenomena angin yang berputar seperti siklon tropis, tornado, puting beliung dan water spout.

Sebab, semua jenis angin ini sama-sama berupa angin yang berputar.

Dijelaskan bahwa ukuran diameter tornado, puting beliung dan water spout sama-sama berkisar pada ratusan meter, sedangkan ukuran diameter siklon mencapai ratusan kilometer.

Jika tornado terjadi di atas daratan, siklon tropis di atas lautan luas. Siklon tropis yang memasuki daratan akan melemah dan kemudian mati.

NTT Rentan Kena Siklon Tropis

Berada di dekat Hindia Tenggara atau Australia membuat NTT rentan terdampak siklon ini sebelum melemah beberapa hari kemudian.

Hujan lebat disertai angin kencang melanda sejumlah daerah di provinsi kepulauan sejak Minggu dini hari.

Selain menerjang wilayah Adonara, Flores Timur, wilayah timur yang berdekatan dengan Australia seperti Kupang, Sabtu Raijua, Lembata, dan Alor serta Sumba juga terpukul badai.

Hujan dengan intensitas tinggi selama beberapa hari mengakibatkan meluapnya sungai dan tanah longsor.

Sejumlah fasilitas, rumah, dan warga terdampak akibat bencana.

Di Adonara, Flotim, banjir dan tanah longsor menghantam warga, dengan 63 orang meninggal dunia dan puluhan lainnya masih dievakuasi.

Di Sumba Timur, sebanyak 54 KK atau 165 jiwa mengungsi, sedangkan 109 KK atau 475 KK terdampak.

Sedangkan di Lembata, banjir bandang menewaskan 11 warga dan 16 lainnya hilang. Banjir bandang tersebut terjadi pada Minggu (4/4) sore.

Di Kota Kupang, angin kencang, longsor, banjir rob dan gelombang pasang terjadi sejak Minggu.

Akibat cuaca ekstrem tersebut, sebanyak 743 KK atau 2.190 warga terdampak. Selain itu, 10 rumah warga mengalami rusak sedang dan 15 titik akses jalan tertutup pohon tumbang.

BNPB juga menerima laporan terjadinya bencana di Malaka dan Ngada.

Angin kencang terjadi di dua kecamatan di Kabupaten Ngada.

Akibat angin kencang, 6 KK terdampak dan 1 luka berat. Sedangkan kerugian berupa rumah rusak sedang 2 unit dan rusak berat 4 unit, gedung pengadilan rusak sedang 1 unit, kapal tenggelam 1 unit dan 6 titik ruas jalan tertutup pohon tumbang.

Di Malaka, 17 desa terendam banjir setinggi 1,5 meter pada Minggu. Rumah dan fasilitas publik tertimpa lumpur, warga terpaksa mengungsi.

Di sejumlah daerah, masyarakat, petugas kebencanaan, TNI-Polri dan pemerintah daerah bahu-membahu mengevakuasi korban bencana.

Di Flotim, Kepala BNPB Doni Monardo telah terjun ke lapangan untuk meninjau langsung lokasi bencana.

Otoritas kebencanaan menghimbau warga terdampak bencana dan di daerah lain di NTT tetap waspada dan siaga menanggapi bencana susulan.*

Tag:

comments