Imbas Covid-19, Ekonomi Indonesia Terkontraksi 2,07% di 2020
search

Imbas Covid-19, Ekonomi Indonesia Terkontraksi 2,07% di 2020

Zona Barat
Kepala BPS Suhariyanto. Foto: BPS.

Politeia.id -- Ekonomi Indonesia mengalami kontraksi pertumbuhan sebesar 2,07 persen (c-to-c) tahun 2020 dibandingkan tahun 2019 yang mencapai 5,02 persen.

Berdasarkan rilis Badan Pusat Statistik (BPS), Produk Domestik Bruto (PDB) atas dasar harga berlaku mencapai Rp15.434,2 triliun dan PDB per kapita mencapai Rp56,9 Juta atau US$3.911,7.

Kepala BPS Suhariyanto mengatakan bahwa pandemi virus corona telah berdampak besar terhadap tingkat pertumbuhan ekonomi Indonesia selama tahun 2020.

Ia menyebut, ada lima sektor yang berkontribusi terhadap kontraksi ekonomi, yaitu manufaktur, perdagangan, pertanian, konstruksi dan pertanian.

Dari sisi produksi, kontraksi pertumbuhan terdalam terjadi pada Lapangan Usaha Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan sebesar 20,15 persen.

Industri pengolahan hanya terkontraksi minus 3,14 persen (yoy) dan pertanian tumbuh 2,59 persen (yoy).

Kontributor penggerak industri pengolahan adalah Industri Kimia, Farmasi, dan Obat Tradisional yang tumbuh 8,45 persen (yoy) akibat peningkatan permintaan produk-produk kebersihan dan kesehatan.

Selain itu, Industri Makanan dan Minuman juga tumbuh 1,66 persen (yoy) didukung oleh peningkatan produksi padi dan kenaikan permintaan CPO.

Di sisi lain, Industri Logam Dasar juga tumbuh 11,46 persen karena meningkatnya permintaan ekspor terutama pada komoditas feronikel.

Dari sisi pengeluaran, pertumbuhan tertinggi dicapai oleh Komponen Pengeluaran Konsumsi Pemerintah (PK-P) yang tumbuh sebesar 27,15 persen.

Sementara konsumsi rumah tangga hanya terkontraksi sebesar 3,61 persen (yoy), atau tumbuh positif sebesar 0,49(qtq) dibandingkan kuartal sebelumnya.

Meskipun hanya tumbuh 2,95 persen tahun lalu, realisasi pertumbuhan ekonomi ini membaik lantaran pada tiga kuartal awal terjadi pertumbuhan negatif yang cukup dalam.

Pada kuartal III 2020 pertumbuhan mengalami kontraksi yang cukup dalam, yakni mencapai 3,49 persen. Pertumbuhan kuartal IV mengalami kontraksi sebesar 2,19 persen.

Sementara itu, pada kuartal I tumbuh minus 2,97% (yoy) dan pada kuartal II terkontraksi hingga 5,32% (yoy).

"Ada perbaikan meski belum sesuai harapan. Kita perlu melakukan evaluasi apa yang perlu diperkuat," ujar Kepala BPS Suhariyanto dalam keterangan persnya di Jakarta, Jumat (5/2) lalu.

Sementara itu, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto optimis ekonomi akan terus mengalami perbaikan hingga tahun ini.

"Pemulihan ekonomi Indonesia sudah on track. Perbaikan kondisi ini tentu saja tidak terlepas dari intervensi yang dilakukan oleh pemerintah," ujar Airlangga di Jakarta, Minggu (7/2).

Ia berharap momentum pemulihan ekonomi ini berlanjut di tahun 2021 sehingga ekonomi Indonesia akan rebound dengan pertumbuhan di kisaran 4,5-5,5 persen.

Salah satunya didukung oleh peningkatan konsumsi rumah tangga, investasi, pengeluaran pemerintah, dan ekspor yang makin menggeliat tahun ini.

"Pemerintah telah mempersiapkan beberapa strategi utama sebagai game changer, antara lain, mempertahankan daya beli masyarakat menengah ke bawah dengan melanjutkan Program Perlindungan Sosial (Perlinsos)," ujarnya.

Selain itu, pemerintah mendorong percepatan vaksinasi untuk masyarakat yang ditargetkan mencapai herd immunity sekitar 181,5 juta penduduk.

"Pemerintah juga memberikan dukungan terhadap sektor penunjang kesehatan, seperti penyediaan APD, sarana prasarana, dan alat kesehatan," ungkap Airlangga.*

Tag:

comments