Jadi Korban Rasisme, Natalius Pigai Minta Bantuan Menhan AS
search

Jadi Korban Rasisme, Natalius Pigai Minta Bantuan Menhan AS

Zona Barat
Natalius Pigai (kiri) dan Menhan AS Lloyd Austin (kanan). Foto: Kolase/Politeia.id.

Politeia.id -- Mantan Komisioner HAM Natalius Pigai lagi-lagi menjadi korban rasisme. Kali ini datang dari politisi Partai Hanura dan relawan Pro Jokowi-Amin (Projamin) Ambroncius Nababan. Dalam pernyataannya, Ambroncius menyamakan Pigai dengan seekor gorila.

Tidak puas karena terus menjadi korban rasisme, terutama tatkala mengkritik kebijakan pemerintahan Joko Widodo, Pigai pun meminta bantuan Menteri Pertahanan Amerika Serikat Lloyd Austin.

Permintaan Pigai kepada Austin disampaikan dalam sebuah pernyataan di akun Twitter-nya, menyebut Austin sebagai orang kulit hitam terkuat yang dapat diandalkan.

"Saya bangga pada Anda, Mr Lloyd Austin, orang kulit hitam Afrika-Amerika terkuat di dunia. Kami telah melawan rasisme kolektif (negara) Indonesia terhadap orang kulit hitam Melanesia Afrika (Papua) lebih dari 50 tahun. Penyiksaan, pembunuhan & genosida. Kami butuh perhatian," ujar Pigai sembari `mencolek` nama Austin di kicauannya, Minggu (24/1) malam.

Austin dipilih Senat AS sebagai Menhan Jumat lalu dan menjadikannya sebagai warga kulit hitam pertama yang menjabat posisi itu.

Presiden Joe Biden berharap Austin dapat memulihkan stabilitas kepemimpinan di Pentagon, yang pada masa pemerintahan Donald Trump, Pentagon pernah dipimpin dua menteri pertahanan yang diloloskan Senat dan 4 yang memegang jabatan itu untuk sementara waktu.

Austin, yang menggambarkan dirinya sebagai putra tukang pos dari Thomasville, Georgia, berjanji untuk menyampaikan pendapatnya kepada Kongres dan Biden.

Austin pensiun pada 2016 setelah menjabat sebagai jenderal kulit hitam pertama yang mengepalai Komando Pusat AS.

Ia juga menjadi wakil kepala staf Angkatan Darat kulit hitam pertama pada 2012 dan juga menjabat sebagai Direktur Staf Gabungan, yang kemudian mematangkan pandangannya mengenai cara kerja Pentagon.

Saat menjabat wakil presiden, Biden bekerja dengan Austin pada 2010-2011 untuk menghentikan keterlibatan militer AS di Irak, dengan Austin kala itu adalah komandan tertinggi AS di Baghdad.

Austin, yang sudah dicalonkan Biden sejak Desember lalu berjanji akan bekerja maksimal memberantas praktik ekstremisme di AS, platform utama pemerintahan Biden dalam membasmi kekerasan rasial yang masif di AS.

Pigai pun menyerukan agar Jakarta segera melakukan resolusi dengan membuka kran demokrasi terhadap warga Papua, mengatakan bahwa AS merupakan contoh demokrasi terbaik.

Aktivis HAM asal Papua itu mengkhawatirkan terjadinya instabilitas jika Indonesia tidak menghentikan konflik rasial yang sudah terpelihara selama bertahun-tahun, bahkan oleh rezim yang sedang berkuasa.

Sebagai aktivis kemanusiaan, Pigai merasa memiliki tanggung jawab etis untuk menyerukan konflik rasial yang berdampak besar terhadap situasi politik dan ekonomi di Papua.

"Seluruh kejahatan di Papua didasari oleh kebencian rasial. Jakarta harus buka kran demokrasi dengan Rakyat Papua. Kalau tidak maka khawatir `instabilitas bisa terjadi karena konflik rasial di Papua`," tegas Pigai.

Sebelumnya, Ambroncius mengunggah ujaran rasisme kepada Pigai di akun Facebook-nya.

Di dalam unggahannya, Pigai disandingkan dengan foto gorila disertai komentar terkait vaksin Sinovac yang sedang dicanangkan Jokowi.

"Edodoeee pace (panggilan untuk laki-laki dewasa asal Papua). Vaksin ko (kau) bukan Sinovac pace tapi ko pu (punya) sodara (saudara) bilang vaksin rabies," tulis akun Ambroncius Nababan, yang kemudian di-screenshot Pigai untuk diunggah kembali di akun Twitter-nya, Minggu (24/1).

Tangkapan layar unggahan tersebut lantas viral dan heboh di jagad maya. Akun Ambroncius, dalam penelusuran Politeia.id, sudah dihapus dari Facebook, Senin (25/1).

Menanggapi tindakan rasisme Ambroncius, Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum dan Keamanan Mahfud MD pun mengecam keras tindakan rasisme yang dilayangkan politisi Partai Hanura dan relawan Jokowi-Amin itu.

Mahfud menyayangkan sikap etis Ambroncius yang merupakan seorang politisi, bahwa ia harus menjadi contoh bagi masyarakat.

"Kalau Anda tak suka dengan statement atau tudingan seseorang yang Anda anggap ngaco, tak usahlah menghinanya dengan cacian atau gambar hewan. Diamkan saja," ujar Mahfud melalui akun Twitter-nya, Minggu (24/1).

Mahfud MD bahkan mengutip salah satu ayat dalam bahasa Arab untuk mengkritik aksi rasisme itu.

"Ada ungkapan, `tarkul jawaab alal jaahil jawaabun`, `Tidak menjawab statement atau tudingan orang dungu adalah jawaban terhadap orang dungu tersebut`," katanya.

Ini bukan pertama kali Pigai menjadi korban rasisme. Sebelumnya, ia menjadi korban ujaran kebencian rasial dari Permadi Arya alias Abu Janda.

Dalam sebuah pernyataan di akun Twitter, Abu Janda menyerang fisik Pigai dengan mengatakan: "Kau Natalius Pigai apa kapasitas kau? sudah selesai evolusi belom kau?"

Serangan rasial itu dilancarkan Abu Janda lantaran Pigai menyindir mantan kepala BIN AM Hendropriyono sebagai dedengkot tua. Dia menanyakan kapasitas Hendropriyono yang memberi ancaman kepada eks anggota FPI.

"Ortu mau tanya. Kapasitas bapak di negara ini sebagai apa ya, penasehat Presiden, pengamat? aktivis?. Biarkan diurus generasi abad ke-21 yang egaliter, humanis, demokrat. Kami tidak butuh hadirnya dedengkot tua. Sebabnya wakil ketua BIN dan Dubes yang bapak tawar saya tolak mentah-mentah. Maaf,” tulis Pigai, awal Januari lalu.*

 

 

Tag:

comments