Indonesia Dapat Bantuan dari 3 Miliar Poundsterling Dana Perubahan Iklim Inggris
search

Indonesia Dapat Bantuan dari 3 Miliar Poundsterling Dana Perubahan Iklim Inggris

Zona Barat
Perdana Menteri Inggris Boris Johnson. AFP/Getty Images.

Politeia.id -- Pemerintah Inggris menggelontorkan dana sebesar 3 miliar Poundstreling atau setara Rp58 triliun (kurs Rp19.300) untuk membantu negara-negara dalam menangani perubahan iklim global.

Perdana Menteri Inggris Boris Johnson mengatakan, pendanaan ini mencakup pula program-program unggulan seperti Blue Planet Fund untuk konservasi laut dan inisiatif untuk melestarikan habitat seperti misalnya bakau yang melindungi masyarakat dari dampak perubahan iklim.

Untuk Indonesia, dana tersebut diperuntukan bagi proyek menjaga hutan dan menangani perdagangan kayu ilegal dan deforestasi, seperti misalnya bekerja sama melalui skema FLEGT (Sistem Verifikasi Legalitas Kayu--SVLK).

Berbicara dalam pertemuan puncak One Planet Summit di Paris, Senin (11/1), Boris mengatakan, dana tersebut merupakan bagian dari komitmen Inggris sebagai solusi perubahan iklim yang melindungi dan mengembalikan alam serta keanekaragaman hayati.

"Kita tidak akan bisa mencapai tujuan dalam hal perubahan iklim, pembangunan berkelanjutan atau mencegah pandemi jika kita gagal menjaga dunia kita sendiri. Dunia yang telah menyediakan makanan yang kita makan, air yang kita minum dan udara yang kita hirup," ujar Boris, sebagaimana rilis yang diterima Politeia.id, Selasa (12/1).

"Inggris telah memimpin di bidang ini, berkomitmen untuk melindungi 30 persen dari daratan dan lautan kami sebelum akhir dekade ini dan hari ini, kami menjanjikan setidaknya 3 miliar Poundsterling untuk mendukung alam dan keanekaragaman hayati," imbuhnya.

Boris menerangkan, Inggris telah menyiapkan pendanaan sejumlah 11,6 miliar Poundsterling untuk dana iklim internasional dan akan memberikan perubahan transformasional dalam melindungi tanah dan lautan.

Termasuk juga beralih ke produksi dan pasokan panganyang berkelanjutan, serta mendukung mata pencaharian mereka yang tinggal di sekitar lokasi-lokasi tersebut.

"Kita harus bekerja sama sebagai sebuah komunitas global untuk mendorong perubahan ambisius dan investasi yang kita butuhkan untuk melindungi planet kita bersama dan seluruh kehidupan yang mulia, kaya serta beragam di ," tandas Boris.

Selain itu, Inggris juga mengumumkan komitmen hingga 38 juta Poundsterling atau setara Rp730 juta untuk program Climate Compatible Growth, mendukung negara-negara berkembang mempercepat transisi mereka ke energi hijau seiring dengan usaha menumbuhkan ekonomi mereka.

Dalam komitmen ini, Inggris telah mendukung upaya Indonesia yang telah mencanangkan program Mentari: Kemitraan Energi Rendah Karbon.

Program Mentari bertujuan untuk membawa pengalaman Inggris dalam mengembangkan sektor ini, membenahi kerangka kerja regulasi terkait energi terbarukan yang akan menciptakan iklim usaha yang lebih baik dan mendorong investasi swasta pada proyek energi terbarukan.

"Pendanaan yang baru ini menawarkan lebih banyak dukungan untuk transisi energi Indonesia," ungkap Menteri Luar Negeri Inggris Dominic Raab.

Sementara itu, Duta Besar Inggris untuk Indonesia dan Timor Leste Owen Jenkins mengatakan, pengumuman pendanaan ini sangat menggembirakan bagi Inggris dan Indonesia.

"Indonesia adalah rumah bagi keindahan alam yang melimpah. Pendanaan ini mengakui bahwa alam adalah aset manusia yang paling berharga, dan kita harus melakukan apapun untuk melindungi alam ini demi kebaikan generasi kita, dan generasi yang akan datang," tuturnya.

Di Indonesia, kata Owen, Inggris mendukung penciptaan Sistem Verifikasi Legalitas Kayu, sebuah sarana nasional untuk memverifikasi kayu yang diekspor berasal dari sumber yang sah, menjadikan Indonesia negara pertama di dunia yang memenuhi syarat untuk akses yang lebih diminati ke pasar Uni Eropa (senilai US$1 miliar per tahun).

"Kami juga sangat senang untuk bermitra mendukung Pemerintah Indonesia dalam upaya kepeloporannya dalam mengembangkan standar Kelapa Sawit Berkelanjutan Indonesia (Indonesian Sustainable Palm Oil)," katanya.

Owen menambahkan, pendanaan ini dapat membuka jalan untuk kerja sama serupa yang lebih banyak lagi antara Inggris dan Indonesia. Kerjasama yang saling menguntungkan kedua negara, dan memperkuat hubungan Indonesia dan Inggris.

Pengumuman pendanaan ini adalah yang terbaru dari serangkaian tindakan nyata yang diambil Pemerintah Inggris untuk mengatasi krisis lingkungan global.

Pada bulan September lalu, PM Boris menandatangani Leaders Pledge For Nature di Sidang Umum PBB, sebuah inisiatif yang dipelopori oleh Inggris dan telah ditandatangani oleh 82 negara.

Inggris juga mendanai Blue Belt Programme untuk melindungi ekosistem laut yang rentan, dan lima tahun lalu bergabung dengan Norwegia dan Jerman untuk menjanjikan setidaknya US$5 miliar untuk mengurangi deforestasi antara 2015 dan 2020, melebihi target yang ditetapkan pada akhir tahun lalu.

Bulan depan, Inggris mengharapkan diterbitkannya Dasgupta Review tentang Ekonomi Keanekaragaman Hayati, sebuah tinjauan independen yang ditugaskan oleh Pemerintah Inggris pada tahun 2019 untuk menjelaskan alasan ekonomis dalam perlindungan keanekaragaman hayati.

Adapun dalam pertemuan puncak One Planet Summit, sejumlah pemimpin politik, wakil organksasi internasional dan pelaku ekonomi dari lebih 50 negara turut serta.

Pertemuan ini menghasilkan agenda "30-30" untuk menghentikan kerusakan alam dan keanekaragaman hayati sebagai upaya meredam perubahan iklim.

Agenda "30-30" dimaksudkan untuk menjadi landasan bagi pertemuan keanekaragaman hayati di Kunming, Cina, yang ditunda tahun lalu karena pandemi virus corona.

Namun Beijing hingga saat ini belum mengumumkan tanggal yang baru untuk konferensi internasional itu. Kemungkinan pertemuan itu akan berlangsung pada awal Oktober nanti.

Dengan agenda "30-30", para peserta berjanji untuk menciptakan kawasan lindung yang mencakup 30 persen daratan dan lautan dunia.

Di Inggris, Pangeran Charles telah mengumumkan peluncuran "Terra Carta", sebuah inisiatif untuk memberikan panduan bagi dunia usaha mengenai bagaimana mereka dapat bergerak menuju masa depan yang lebih terbarukan.

Inggris sudah bergerak menuju Energi Bersih lebih cepat daripada negara ekonomi besar mana pun, dan tahun lalu Inggris berkomitmen untuk melindungi setidaknya 30 persen dari daratan dan lautan Inggris sebelum tahun 2030.

Komitmen tersebut merupakan bentuk kepemimpinan Inggris dalam mengatasi perubahan iklim menjelang KTT COP26 di Glasgow pada bulan November mendatang.

"Dengan bekerja bersama para mitra dan menempatkan alam sebagai inti pekerjaan kami di luar Inggris, kami memiliki peluang nyata untuk mewujudkan pencapaian yang konkret di seluruh dunia tahun ini," ucap Raab.

Inggris menyadari bahwa perubahan iklim dan melindungi alam sangat erat kaitannya dengan kenaikan suhu global dan polusi merusak ekosistem alam. Hutan dan laut yang subur memainkan peran penting dalam mitigasi perubahan iklim.

Pertanian, hilangnya hutan, dan penggunaan lahan menyumbang 23 persen emisi gas rumah kaca global, tetapi ekosistem darat dan laut pesisir kita dapat menyediakan hingga sepertiga dari mitigasi iklim yang diperlukan untuk memenuhi target yang ditetapkan dalam Perjanjian Paris.*

Tag:

comments