Hari Ibu, Komnas Perempuan Soroti Kiprah Perempuan Indonesia
search

Hari Ibu, Komnas Perempuan Soroti Kiprah Perempuan Indonesia

Zona Barat
Ketua Komnas Perempuan Andy Yentriyani. Foto: Dok. Pribadi.

Politeia.id -- Diskursus mengenai kiprah perempuan di ranah publik selalu mengemuka dalam berbagai platform. Pembagian kerja berbasis gender dan konstruksi budaya masyarakat kerap melebarkan dikotomi ruang antara perempuan dan laki-laki.

Ada bingkai pemikiran yang menegaskan bahwa ruang kerja perempuan dan laki-laki berbeda, atau tidak pernah setara. Ruang publik yang menjadi wilayah kerja laki-laki selalu superior dan dianggap baik, ketimbang ruang domestik perempuan.

Dikotomi ruang ini menyulut gerakan aktivis perempuan di berbagai ranah, untuk secara sadar menyuarakan persamaan dan kesetaraan hak-hak sosial, politik, ekonomi dan budaya.

Ketua Komnas Perempuan Andy Yentriyani dalam sebuah pernyataan pada peringatan Hari Ibu 2020 mengatakan, negara dan masyarakat perlu membentuk satu konstruksi pemikiran baru agar memberi ruang kiprah lebih luas kepada perempuan.

Meski memiliki jumlah penduduk perempuan hampir sama banyak dengan jumlah penduduk laki-laki, tapi kiprah perempuan di Indonesia masih sangat sempit dan lemah. Tidak banyak perempuan yang menjadi pengambil kebijakan.

Data Sensus Penduduk Semester I tahun 2020 menyebutkan, total ada 268,5 juta penduduk Indonesia. Dari jumlah itu, ada 132,7 juta perempuan dan 135,8 juta laki-laki.

"Negara dan masyarakat mendukung kiprah perempuan dalam banyak hal. Nah ini kita rasa masih kurang. Di berbagai sektor, jumlah perempuan yang jadi top leaders masih kurang dari laki-laki," kata Andy dalam sebuah keternagan, Selasa (22/12).

Karena itu, Andy mengajak masyarakat dan pemerintah tidak mempersempit ruang gerak perempuan di lingkungan sosial dan politik agar hak-hak publiknya terakomodasi.

"Mari kita dukung mereka, tidak kita kerdilkan kiprah mereka. Ajak mereka untuk melihat ruang kiprah yang lebih luas, kecuali pada ketrampilan dan pengetahuannya sendiri," tuturnya.

Dalam merefleksikan Hari Ibu, Andy memandang bahwa peringatan tahunan ini menjadi sangat spesial bagi perempuan Indonesia. Pasalnya, Hari Ibu di Indonesia tidak memiliki kesamaan makna dengan Mother`s Day seperti yang dirayakan di Barat.

Di di Amerika Serikat dan lebih dari 75 negara lain, seperti Australia, Kanada, Jerman, Italia, Jepang, Belanda, Malaysia, Singapura, Taiwan, dan Hong Kong, Hari Ibu atau Mother`s Day dirayakan pada hari Minggu di pekan kedua bulan Mei.

Di beberapa negara Eropa dan Timur Tengah, Mother`s Day dirayakan pada Hari Perempuan Internasional atau International Women`s Day yang diperingati setiap 8 Maret.

Di AS, Mother`s Day selalu diperingati 9 Mei yang tak lain adalah tanggal meninggalnya Ann Jarvis, seorang ibu yang pada 1868 menginisiasi gerakan untuk menyatukan kembali keluarga-keluarga yang tercerai berai akibat perang saudara di AS.

Setalah wafatnya, usahanya diteruskan oleh Anna Jarvis, anak perempuannya, yang kemudian menetapkan tanggal kematian ibunya sebagai Mother`s Day di negeri Paman Sam.

Sementara itu, Hari Ibu di Indonesia dirayakan secara nasional pada 22 Desember untuk menandai kebangkitan kaum perempuan Indonesia pada masa penjajahan Hindia Belanda.

Tanggal itu merujuk pada pelaksanaan Kongres Perempuan pertama yang terjadi pada 22-25 Desember 1928 di Yogyakarta.

Kongres ini dilakukan dalam suasana zaman kolonial yang mencengkeram kebebasan orang Indonesia untuk berekspresi dan menyatakan pendapat. Kongres itu pula tak bisa dilepaskan dari semangat kebangsaan yang baru saja digelorakan pada Kongres Pemuda kedua, 28 Oktober 1928 di Batavia.

Menurut sejarawan Saskia Eleonora Wieringa, ada sejumlah organisasi perempuan yang terpenting ikut serta dalam kongres perempuan tersebut, antara lain Wanita Oetomo, Aisyah, Poetri Indonesia, Wanita Katolik, dan Wanito Moeljo.

Selain itu ada pula bagian-bagian perempuan di dalam Sarekat Islam, Jong Islamieten Bond dan Wanita Taman Siswa. Tiga tokoh perempuan penggagas pertemuan itu adalah Nyi. Hadjar Dewantara dari Wanita Taman Siswa, Ny. Soekonto dari Wanita Oetomo dan Sujatin Kartowijono dari Poetri Indonesia.

Hari Ibu 22 Desember kemudian diresmikan Presiden Soekarno di bawah Keputusan Presiden Republik Indonesia No. 316 Tahun 1959 tanggal 16 Desember 1959, pada ulang tahun ke-25 Kongres Perempuan Indonesia 1928.

"Hari Ibu di Indonesia sangat spesial, dia tidak seperti Mother`s Day di negara-negara lain. Ini adalah hari pergerakan perempuan Indonesia," tukas Andy.

Kini, dinamika gerakan perempuan makin menguat seiring makin bersatunya orientasi mereka terhadap persoalan-persoalan yang dihadapi perempuan masakini. Perempuan tak lagi berdiam di dapur atau pasrah menerima nasib yang terjadi pada diri mereka.

Sejumlah advokasi terhadap perempuan korban pertikaian rumah tangga dan kasus-kasus lainnya ditangani oleh organisasi-organisasi perempuan, terutama Komnas Perempuan.*

Tag:

comments